Sumber: Data Primer, 2010. Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 86 pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf yang menyatakan sesuai terhadap jenis makanan terdapat asupan makanan cukup sebanyak 86,0%. Sedangkan dari 18 pasien yang menyatakan tidak sesuai terhadap jenis makanan terdapat asupan makanan kurang sebanyak 61,1%.. Hasil analisis statistik diperoleh nilai C ² hitung (6,198

ArticlePDF Available Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 234 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH ISK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO Gabrilia P. C. Sukandi1, Gayatri Citraningtyas1 , Paulina V. Y. Yamlean1 1Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Urinary tract infections are a clinical condition due to the presence of microorganisms in the urine and the potential for invasion of the upper urinary tract, invading the renal pelvic mucosa and extending into the interstitial tissues of the kidneys. Urinary tract infections treated with antibiotics are one of the significant cost categories in the pharmaceutical budget in hospitals. The purpose of this study was to determine a more cost effective therapy between the use of Ceftriaxone and Ciprofloxacin in UTI patients hospitalized at Bhayangkara Hospital, Manado. This study uses a descriptive research method with retrospective data collection. The sample in this study were 36 patients including 15 patients using Ceftriaxone and 21 patients using Ciprofloxacin. The results showed that the most cost-effective antibiotic was Ceftriaxone with an ACER value of IDR 781,890 and ICER value of IDR 551,255. Keywords Cost Effectiveness Analysis, Urinary Tract Infections, Ceftriaxone, Ciprofloxacin. ABSTRAK Infeksi saluran kemih adalah keadaan klinis akibat adanya mikroorganisme dalam urin dan berpotensi untuk invasi ke saluran kemih bagian atas, menginvasi mukosa pelvis ginjal dan meluas ke dalam jaringan interstisial ginjal. Infeksi saluran kemih diobati dengan antibiotik yang menjadi salah satu kategori biaya yang signifikan dalam anggaran farmasi di rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk menentukan terapi yang lebih cost effective antara penggunaan Seftriakson dan Siprofloksasin pada pasien ISK rawat inap di RS Bhayangkara Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 36 pasien diantaranya 15 pasien menggunakan Seftriakson dan 21 pasien menggunakan Siprofloksasin. Hasil penelitian menunjukan, antibiotik yang paling cost-effective adalah Seftriakson dengan nilai ACER sebesar Rp. dan nilai ICER sebesar Rp. Kata Kunci Analisis Efektivitas Biaya, Infeksi Saluran Kemih, Seftriakson, Siprofloksasin. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 235 PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka kesakitan morbiditas dan angka kematian mortalitas terutama pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia Darmadi, 2008. ISK dapat menyerang segala usia dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki-laki Purnomo, 2014. Infeksi saluran kemih diobati dengan antibiotik. Standarisasi pengobatan mempertimbangkan obat yang lebih efektif dengan biaya murah untuk mengurangi angka kesakitan dan biaya kesehatan. Pratiwi, 2015. Berdasarkan survei di RS Bhayangkara Manado, antibiotik yang digunakan untuk pemakaian ISK ialah Seftriakson dan Siprofloksasin. Adanya pasien yang menjalani terapi yang berbeda dengan diagnosis yang sama menjadi dasar dilakukannya penelitian ini bagaimana perbandingan efektivitas biaya khususnya penggunaan antibiotik Seftriakson dan Siprofloksasin terhadap pasien infeksi saluran kemih di RS Bhayangkara. Kajian farmakoekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang menawarkan efektivitas lebih tinggi dengan harga lebih rendah sehingga secara signifikan memberikan efektivitas-biaya yang tinggi dan dapat dijadikan rekomendasi pilihan terapi. Cara komprehensif untuk menentukan pengaruh ekonomi dari alternatif terapi obat atau intervensi kesehatan lain yaitu dengan analisis farmakoekonomi yang berupa cost effectiveness analysis CEA atau analisis efektivitas biaya Andayani, 2013. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado pada bulan Desember 2018 – Maret 2019. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang membandingkan direct medical cost biaya medis langsung dari obat Seftriakson atau Siprofloksasin pada pasien ISK rawat inap di RS Bhayangkara. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pasien ISK rawat inap yang menggunakan obat Seftriakson atau Siprofloksasin di RS Bhayangkara. Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien rawat inap dengan diagnosis ISK di RS Bhayangkara periode Januari-Desember 2018. Sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut inklusi 1Pasien dengan diagnosis ISK yang mendapatkan terapi antibiotik Seftriakson atau Siprofloksasin. 2Pasien ISK yang dirawat inap usia ≥ 18 tahun. 3Pasien ISK yang memiliki data lengkap. eksklusi 1Pasien ISK dengan penyakit penyerta. 2Pasien ISK yang diberikan antibiotika kombinasi. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 236 Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dan diuraikan dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul, dilakukan perhitungan biaya medik langsung pada tiap pasien. Data ini digunakan untuk ACER dengan rumus sebagai berikut     Keterangan Biaya Rata-rata biaya terapi Efektivitas Rata-rata outcome terapi obat Hasil dari CEA dapat disimpulkan dengan ICER seperti rumus dibawah ini ICER =  = Tabel 1 menunjukkan pasien ISK yang berumur 18-25 tahun sebanyak 3 pasien 8,33%, umur 26-35 tahun sebanyak 4 pasien 11,11%, umur 36-45 tahun sebanyak 4 pasien 11,11%, umur 46-55 tahun sebanyak 10 pasien 27,78% dan umur 56-65 tahun sebanyak 15 pasien 41,67%. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pasien dengan kelompok usia 36 sampai 65 tahun lebih beresiko mengalami penyakit Infeksi Saluran Kemih disebabkan pada usia tersebut terjadi penurunan daya imun atau meningkatnya kerentanan terhadap infeksi Kasmed, 2007. Angka kejadian ISK meningkat seiring bertambahnya usia. ISK sering muncul pada orang-orang yang lebih tua baik dalam Keterangan komunitas dan dalam perawatan jangka panjang. Sejumlah faktor predisposisi yang mengakibatkan ISK pada orang-orang yang Biaya A Biaya teknologi baru Biaya B Biaya Pembanding Efektivitas A Efektivitas teknologi baru Efektivitas B Efektivitas Pembanding HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik Usia Pasien ISK rawat inap di RS Bhayangkara Manado periode Januari- Desember 2018 lebih tua, antara lain penyakit prostat pada pria. Pada wanita, defisiensi estrogen post- menopause sering dikaitkan dengan rekurensi ISK Beveridge, 2011. Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien ISK rawat inap di RS Bhayangkara Manado periode Januari-Desember 2018 Tabel 2 menunjukkan pasien ISK dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 pasien 25% dan pada perempuan sebanyak PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 237 27 pasien 75%. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 238 Wanita cenderung lebih sering menderita ISK dibandingkan pria karena bakteri dapat menjangkau kandung kemih dengan lebih mudah pada wanita dibandingkan dengan pria. Panjang uretra pada wanita lebih pendek sekitar 3-5 cm Analisis Efektivitas Biaya daripada uretra pria sekitar 15-18 cm, sehingga bakteri yang akan menyerang mempunyai jarak yang lebih pendek dan dekat untuk menginfeksi bagian saluran kemih Sukandar, 2009 . Tabel 3. Biaya Medik Langsung direct medical cost pasien ISK rawat inap menggunakan terapi antibiotik Seftriakson di RS Bhayangkara Manado periode Januari-Desember 2018 Biaya Uji Laboratorium Rp Total direct medical cost Rp. Direct medical cost per pasien Rp. Tabel 3 menunjukkan total biaya medik langsung dengan biaya terkecil yaitu Rp. dan total biaya medik terbesar yaitu Rp. Perbedaan biaya medik langsung dari masing-masing pasien dikarenakan lamanya pasien di rawat inap di rumah sakit, karena semakin lama pasien dirawat maka semakin besar juga biaya yang harus dikeluarkan pasien. Total direct medical cost yang dikeluarkan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan antibiotik seftriakson untuk ke-15 pasien yaitu sebesar Rp. dengan direct medical cost per pasien Rp. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 239 Perhitungan Biaya Medik Langsung menggunakan Siprofloksasin Tabel 4. Biaya Medik Langsung direct medical cost pasien infeksi saluran kemih rawat inap menggunakan terapi antibiotik Siprofloksasin di RS Bhayangkara Manado periode Januari-Desember 2018 Biaya Uji Laboratorium Rp Total direct medical cost Rp. Direct medical cost per pasien Rp. Tabel 4 menunjukkan total biaya medik langsung dengan biaya terkecil yaitu Rp dan total biaya medik terbesar yaitu Rp Perbedaan biaya medik langsung dari masing-masing pasien dikarenakan lamanya pasien di rawat inap di rumah sakit, karena semakin lama pasien dirawat maka semakin besar juga biaya yang harus dikeluarkan pasien. Total direct medical cost yang dikeluarkan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan antibiotik seftriakson untuk ke-21 pasien yaitu sebesar Rp dengan direct medical cost per pasien Rp PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 240 Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER Tabel 5. Perhitungan ACER penggunaan Seftriakson dan Siprofloksasin pasien infeksi saluran kemih di RS Bhayangkara periode Januari – Desember 2018 Rata-rata direct medical cost C Rp Rata-rata lama hari rawat inap Efektivitas/E Hari Tabel 5 menunjukkan hasil dari perhitungan direct medical cost per pasien yang dibagi rata-rata lama hari rawat inap. ACER Seftriakson yang didapat yaitu Rp. sedangkan ACER Siprofloksasin yang didapat sebesar Rp. Maksud dari angka-angka dalam ACER adalah setiap peningkatan outcome dibutuhkan biaya sebesar ACER Lorensia, 2016. Semakin kecil nilai ACER maka obat tersebut semakin cost-effective. Dilihat dari nilai ACER Seftriakson yang lebih kecil dari nilai ACER Siprofloksasin, dapat diartikan bahwa Seftriakson lebih cost-effective dibandingkan Siprofloksasin. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ICER Tabel 6. Hasil Perhitungan ICER antibiotik Seftriakson dan Siprofloksasin untuk pasien infeksi saluran kemih di RS Bhayangkara Manado. – = Tabel 6 menunjukkan nilai ICER yaitu Rp. Nilai ICER yang diperoleh merupakan besarnya biaya tambahan untuk memperoleh 1 hari pengurangan lama rawat inap pada pasien infeksi saluran kemih jika akan dilakukan perpindahan dari Seftriakson ke Siprofloksasin. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi yang lebih cost- effective antara penggunan antibiotik Seftriakson dan Siprofloksasin pada pengobatan infeksi saluran kemih di RS Bhayangkara Manado yaitu terapi dengan PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 241 pemberian antibiotik Seftriakson. Hal ini dapat dilihat dari nilai ACER Seftriakson sebesar Rp. dan nilai ICER sebesar Rp. SARAN Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara prospektif dengan melihat keadaan pasien selama dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. DAFTAR PUSTAKA Andayani, Tri Murti, 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Bursa Ilmu, Yogyakarta. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 1 Februari 2019 242 Beveridge L, Davey PG, Phillips G, McMurdo MET. 2011. Optimal management of urinary tract infection in older people. Dovepress Journal. 6 173-179. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika, Jakarta. Kasmed. 2007. Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. Universitas Diponegoro, Semarang Lorensia, A., dan Doddy, 2016. Farmakoekonomi Edisi Kedua. UBAYA, Surabaya. Pratiwi, Hening, Septimawanto D. P. 2015. Evaluasi Peresepan Antibiotik Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Semarang. Acta Pharmaciae Indonesia. 85-91. Purnomo, B. 2014. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto, Jakarta. Sukandar, E. Y. 2009. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan, Jakarta. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

Pelatihtim nasional U-22 Luis Milla memanggil 26 pemain untuk mengikuti seleksi tahap kedua, setelah yang perdana dilaksanakan pada 21-23 Februari ANTARA News jateng bola ArticlePDF AvailableAbstractPneumonia is an infectious disease in the lower respiratory tract that affects the lung tissue. Ceftriaxone and Gentamicin antibiotics are the most numerous and good for use in the treatment of pneumonia, but of the two antibiotics is not yet known the options for more cost effective treatment, so it needs to be done the cost effectiveness analysis in order to facilitate the selection of more cost-effective treatment options especially in toddler. This study aims to determine which therapies are more cost-effective than the use of antibiotics Ceftriaxone and Gentamicin in pneumonia patients in the January-December 2018 period in the Bhayangkara Manado Hospital using descriptive research methods with retrospective data collection. The sample in this study were 22 patients, 12 patients using ceftriaxone antibiotics and 10 patients using gentamicin antibiotics. The results showed that pneumonia treatment in infants using Ceftriaxone antibiotics was more cost-effective with ACER ceftriaxone value of Rp. 503,872 / day and ICER value of Rp. 145,588 / day. Keywords Antibiotics, CEA Cost-Effectiveness Analysis, Pharmacoeconomy, Toddler Pneumonia. ABSTRAKPneumonia merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah yang mengenai jaringan paru. Antibiotik Seftriakson dan Gentamisim yang paling banyak dan baik untuk digunakan dalam pengobatan pneumonia, namun dari kedua antibiotik tersebut belum diketahui pilihan terapi yang lebih cost-effective, sehingga perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat mempermudah dalam pemilihan alternatif pengobatan yang lebih cost-effective khususnya pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan terapi yang lebih cost-effective dari penggunaan antibiotik Seftriakson dan Gentamisin pada pasien pneumonia rawat inap periode Januari-Desember 2018 di Rumah Sakit Bhayangkara Manado dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 22 pasien yaitu 12 pasien menggunakan antibiotik Seftriakson dan 10 pasien menggunakan antibiotik Gentamisin. Hasil penelitian menunjukkan pengobatan pneumonia pada balita menggunakan antibiotik Seftriakson lebih cost-effective dengan nilai ACER seftriakson sebesar Rp. 503,872/hari dan nilai ICER sebesar Rp. Kata Kunci Pneumonia Balita, Antibiotik, CEA Cost-Effectiveness Analysis, Farmakoekonomi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 968 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PASIEN PNEUMONIA BALITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO Monica Dewi Lestari1, Gayatri Citraningtyas1, Hosea Jaya Edy 1 1Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Pneumonia is an infectious disease in the lower respiratory tract that affects the lung tissue. Ceftriaxone and Gentamicin antibiotics are the most numerous and good for use in the treatment of pneumonia, but of the two antibiotics is not yet known the options for more cost effective treatment, so it needs to be done the cost effectiveness analysis in order to facilitate the selection of more cost-effective treatment options especially in toddler. This study aims to determine which therapies are more cost-effective than the use of antibiotics Ceftriaxone and Gentamicin in pneumonia patients in the January-December 2018 period in the Bhayangkara Manado Hospital using descriptive research methods with retrospective data collection. The sample in this study were 22 patients, 12 patients using ceftriaxone antibiotics and 10 patients using gentamicin antibiotics. The results showed that pneumonia treatment in infants using Ceftriaxone antibiotics was more cost-effective with ACER ceftriaxone value of Rp. 503,872 / day and ICER value of Rp. 145,588 / day. Keywords Antibiotics, CEA Cost-Effectiveness Analysis, Pharmacoeconomy, Toddler Pneumonia. ABSTRAK Pneumonia merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah yang mengenai jaringan paru. Antibiotik Seftriakson dan Gentamisim yang paling banyak dan baik untuk digunakan dalam pengobatan pneumonia, namun dari kedua antibiotik tersebut belum diketahui pilihan terapi yang lebih cost-effective, sehingga perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat mempermudah dalam pemilihan alternatif pengobatan yang lebih cost-effective khususnya pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan terapi yang lebih cost-effective dari penggunaan antibiotik Seftriakson dan Gentamisin pada pasien pneumonia rawat inap periode Januari-Desember 2018 di Rumah Sakit Bhayangkara Manado dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel pada penelitian ini sebanyak 22 pasien yaitu 12 pasien menggunakan antibiotik Seftriakson dan 10 pasien menggunakan antibiotik Gentamisin. Hasil penelitian menunjukkan pengobatan pneumonia pada balita menggunakan antibiotik Seftriakson lebih cost-effective dengan nilai ACER seftriakson sebesar Rp. 503,872/hari dan nilai ICER sebesar Rp. Kata Kunci Pneumonia Balita, Antibiotik, CEA Cost-Effectiveness Analysis, Farmakoekonomi PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 969 PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka kesakitan morbiditas dan angka kematian mortalitas terutama pada negara-negara berkembang salah satunya di Indonesia. Penyakit infeksi yang sering terjadi yaitu Pneumonia, Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang jaringan paru alveoli, disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia Depkes RI, 2015. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2017 pneumonia menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian pada anak terutama pada umur < 5 tahun. Insiden pneumonia terbesar di Indonesia berada pada provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 6,38%. Anak-anak < 5 tahun lebih rentan terserang infeksi karena sistem imunnya yang belum matang dibandingkan dengan orang dewasa. Terapi antibiotik merupakan pengobatan yang paling banyak digunakan, terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri yang diderita oleh banyak orang Juwono, 2005. Menurut survei yang dilakukan di RS. Bhayangkara Manado, pasien pneumonia balita diberikan terapi antibiotik seftriakson dan gentamisin. Pengobatan pada beberapa pasien dengan diagnosa yang sama, tetapi memiliki terapi antibiotik yang berbeda menjadi masalah dalam pemilihan alternatif pengobatan yang efisien dalam efektivitas maupun biaya. Cost Effectiveness Analysis yang merupakan salah satu metode farmakoekonomi untuk memilih dan menilai program atau obat yang terbaik pada beberapa pilihan terapi dengan tujuan yang sama. Cara tersebut dilakukan untuk mengetahui pengobatan mana yang lebih cost-effective dari kedua alternatif pengobatan yang dipilih terutama pada pasien pneumonia Andayani, 2013. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado pada bulan Mei – September 2019. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi penelitian ini adalah semua pasien pneumonia balita rawat inap yang menggunakan pengobatan terapi antibiotik Seftriakson atau Gentamisin periode Januari-Desember 2018. Sampel Sampel pada penelitian ini yaitu pasien rawat inap diagnosa terserang pneumonia di Rumah Sakit Bhayangkara Manado sampel harus memenuhi kriteria, sebagai berikut A. Kriteria Inklusi 1 Pasien pneumonia menggunakaan terapi antibiotik Seftriakson atau Gentamisin. 2 Pasien pneumonia yang pulang hanya jika PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 970 dinyatakan sembuh oleh dokter. B. Kriteria Eksklusi 1 Pasien pneumonia dengan penyakit penyerta. 2 Pasien pneumonia dengan data rekam medik tidak lengkap. Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari catatan rekam medik pasien serta perincian biaya medik langsung dibagian administrasi dan keuangan Rumah Sakit Bhayangkara Manado periode Januari - Desember 2018. Analisis Data Data di analisis secara deskriptif dan diuraikan dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpulkan, dilakukan perhitungan biaya medik langsung biaya pengobatan pneumonia pada tiap-tiap pasien. Kemudian dijumlahkan sesuai terapi pengobatan lalu dihitung rata-ratanya. Data ini dapat digunakan menghitungkan rata-rata atau ACER dengan rumus sebagai berikut Keterangan RP = Rata-rata biaya pengobtan. Efektivitas = outcome efek terapi obat. Hasil dari CEA dapat disimpulkan dengan ICER Incremental Cost-Effectiveness Ratio seperti rumus dibawah ini        Keterangan Biaya A = Biaya terapi obat. Biaya B = Biaya pembanding. Efek A = Efek Terapi obat . Efek B = Efek Pembanding. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Angka Kejadian Pneumonia Penelitian ini dilakukan di Bangsal Anak Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Seluruh pasien Pneumonia balita yang dirawat inap di Bangsal anak selama periode Januari – Desember 2018 berjumlah 150 pasien, dan berdasarkan kriteria inklusi diperoleh sampel sebanyak 22 pasien pneumonia balita. Tabel 1. Data Karakteristik Jenis Kelamin Pasien Pneumonia Balita di RS Bhayangkara Manado. Data pada Tabel 1 menunjukan pasien Pneumonia balita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 pasien 77% dan pada perempuan sebanyak 5 pasien 23%. Hal ini sejalan dengan penelitian Sunyataningkamto 2004 bahwa balita bejenis kelamin laki-laki lebih beresiko terserang pneumonia, hal ini disebabkan karena dimeter saluran    PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 971 pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan anak perempuan. Tabel 2. Data Karakteristik Umur Pasien Pneumonia Balita di RS Bhayangkara Manado. Data pada Tabel 2 ditemukan bahwa pasien dengan kelompok umur 0 - < 1 tahun lebih beresiko mengalami penyakit Pneumonia. Tingginya kejadian pneumonia yang menyerang rentang umur tersebut, disebabkan oleh imunitas yang belum sempurna. Anak dengan sistem imunitas yang belum sempurna menyebabkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi menjadi berkurang, sehigga anak mudah kerkena pneumonia Hapsari, 2007. Berdasarkan penelitian Sukar Agustina Lubis di indramayu bahwa semakin tinggi umur balita maka akan semakin kecil resiko terkena Analisis Efektivtas Biaya Perhitungan Biaya Medik Langsung menggunakan Seftriakson Tabel 3. Biaya Medik Langsung pasien Pneumonia balita rawat inap menggunakan terapi antibiotk Seftriakson di RS Bhayangkara Manado periode Januari – Desember 2018. Total Direct Medical Cost Direct Medical Cost Per Pasien Perhitungan biaya medik langsung terdapat tiga komponen yaitu biaya pengobatan, biaya perawatan dan biaya laboratorium. Biaya pengobatan terdiri dari biaya obat dan biaya alat medis yang digunakan selama pasien dirawat inap, sedangkan biaya perawatan terdiri dari biaya akomodasi Rp. biaya visit dokter umum Rp ,biaya visit dokter spesialis Rp. PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 972 biaya tindakan medik seusai dengan perawatan selama di rawat inap dan biaya administrasi Rp. Biaya Berdasarkan data tabel 3, dapat dilihat total biaya medik langsung dengan biaya terkecil yaitu Rp. 2 . dan total biaya medik langsung terbesar yaitu Rp. Perbedaan biaya dikarenakan adanya perbedaan lama hari rawat inap di rumah sakit karena semakin lama pasien dirawat maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan. Total direct medical cost penggunaan terapi antibiotik Seftriakson ke-12 pasien yaitu sebesar Rp. dengan direct medical cost yaitu Rp. Biaya Medik Langsung menggunakan Gentamisin Tabel 4. Biaya Medik Langsung pasien Pneumonia balita rawat inap menggunakan terapi antibiotk Gentamisin di RS Bhayangkara Manado periode Januari – Desember 2018 Berdasarkan data Tabel 4, total biaya medik langsung dengan total biaya terbesar Rp 2,922,595,- dan total biaya medik langsung terkecil Total direct medical cost penggunaan antibiotik Gentamisin dari ke-10 pasien yaitu sebesar dengan direct medical cost per pasien yaitu Perbedaan biaya medik langsung masing-masing pasien dikarenakan lama rawat inap di rumah sakit, semakin lama pasien dirawat semakin besar juga biaya yang harus dikeluarkan Direct Medical Cost Direct Medical Cost Per Pasien PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 973 3. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER Tabel 5. Perhitungan ACER penggunaan seftriakson atau gentamisin pasien pneumonia balita di RS Bhayangkara Manado periode Januari – Desember 2018 Rata-rata Direct Medical Cost Rp Rata-rata lama hari rawat inap EfektifitasEHari Data Tabel 5 menunjukkan hasil dari perhitungan direct medical cost per pasien yang dibagi rata-rat lama hari rawat inap didapat ACER dari penggunaan seftriakson atau gentamisin. Nilai ACER paling tinggi ditunjukan oleh antibiotik seftriakson yaitu sebesar Rp. 503,872,- dan nilai ACER yang paling rendah ialah antibiotik gentamisin yaitu sebesar Rp. 436,692,-. Berdasarkan data tabel 5, hasil lama perawatan pasien yang menggunakan terapi antibiotik seftriakson lebih singkat dibandingkan dengan pasien yang menggunakan terapi antibiotik gentamisin. Dilihat dari nilai ACER gentamisin yang lebih kecil dibanding nilai ACER seftriakson, hal ini dipengaruhi pemberian obat setiap hari pada pasien berbeda-beda, tetapi dilihat dari efektivitas lama rawat inap seftriakson memberikan efektivitas lebih tinggi dibandingkan efektivitas gentamisin, dimana efektivitas berbanding terbalik dengan lama rawat inap. Jika lama rawat inap lebih kecil maka obat tersebut memberikan efektivitas yang lebih tinggi. CEA bukan mengenai pengurangan biaya melainkan mengenai optimasi biaya yang dikeluarkan Andayani, 2013. Nilai ACER adalah biaya yang dikeluarkan pasien per hari selama perawatan. Dilihat dari nilai rata-rata direct medical cost seftriakson lebih murah di bandingkan dengan gentamisin. Tetapi dengan dilakukan perhitungan ICER Incremental Cost-Effectiveness Ratio dapat dilihat berapa biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengurangi efektivitas lama perawatan pada pasien Pneumonia balita yang dirawat inap di Ruang Anak RS. Bhayangkara 6. Hasil Perhitungan ICER antibiotik Seftriakson atau Gentamisin untuk pasien Pneumonia balita di RS Bhayangkara Manado. Berdasarkan data Tabel 6, diperoleh nilai ICER yaitu Rp. Nilai ICER yang diperoleh merupakan besarnya biaya tambahan untuk memperoleh 1 hari pengurangan lama rawat inap pada pasien Pneumonia PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Volume 8 Nomor 4 November 2019 974 balita jika akan berpindah dari Gentamisin ke Seftriakson. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi yang lebih cost-effective antara penggunaan antibiotik Seftriakson atau Gentamisin pada pengobatan pneumonia balita di RS Bhayangkara Manado yaitu terapi dengan pemberian antibiotik seftriakson. Hal ini dapat dilihat dari nilai ACER seftriakson sebesar Rp. 503,872/hari dan Gentamisin sebesar dan nilai ICER sebesar Rp. SARAN Perlu dilakukan penelitian serupa dengan lokasi yang berbeda agar diketahui perbandingan biaya dan efektifitas antar antibiotik di daerah lain sehingga menambah referensi dalam pemilihan antibiotik yang efektif dari segi biaya dan efektifitas terapi. DAFTAR PUSTAKA Andayani, 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Bursa Ilmu, Yogyakarta. Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta. Hapsari, B. 2007. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Aditya Medika. Yogyakarta. Juwono, 2005. Terapi Antibiotik dalam Farmasi Klinik. PT. Elex Media Komputindo Gramedia Jakarta. Juwono, R., Prayitno, A. 2005. Terapi Antibiotik. Dalam Farmasi Klinik, Ed Aslam PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. Sunyataningkamto. 2004. The Rool Of Indoor Air Pollution And Other Factors In The Incidence Of Pneumonia In Under-Live Children. Paediatric Indonesia 44 1-2. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
PegawaiRS - Jadwal Dokter. 10 Februari 2020. RS Bhayangkara Kediri (kode rs : 3571000003) merupakan salah satu rumah sakit (RS) kelas/tipe 3 yang cukup populer di wilayah dan sekitarnya. Anda bisa datang langsung ke lokasi RS ini, tepatnya yang beralamat di Jl. Kombes Pol Duryat No.17, Dandangan, Kec. Kota Kediri, Kota Kediri, Jawa Timur 64122.
Sebuah bangunan tidak akan terlepas dari suatu permasalahan. Karena semakin bertambahnya usia sebuah bangunan dapat mempengaruhi penurunan atau degradasi pada kualitas material dan kekuatan struktur bangunan itu sendiri. Oleh karenanya, untuk mengurangi permasalahan tersebut maka diperlukannya pemeliharaan dan perawatan, guna menjaga keandalan bangunan gedung agar dapat berfungsi dengan layak. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan, menentukan indeks kondisi bangunan dan untuk menghitung biaya perbaikan gedung. Penelitian ini dilakukan dengan cara survei langsung pada gedung rawat inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung. Analytical Hierarchy Process AHP digunalan sebagai alat untuk mengetahui bobot indeks bangunan dari setiap komponen, sedangkan untuk memperoleh nilai indeks kondisi bangunan menggunakan Expert Choice versi 11. Berdasarkan analisa menghasilkan bahwa indeks kondisi gedung rawat inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung sebesar 99,9% termasuk kedalam kategori rusak ringan, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan adalah Rp. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 18 KOLABORASI Jurnal Arsitektur – Vol. 2 No. 1 April 2022 p-ISSN 2808-2435; e-ISSN 2808-2427 RENCANA ANGGARAN BIAYA PERBAIKAN GEDUNG BERDASARKAN PENILAIAN DAN EVALUASI KONDISI FISIK BANGUNAN Studi Kasus Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Pratiwi1, Devi Oktarina2, Dewi Fadilasari3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Malahayati123 Emailfatmatiwik9 Abstract A building will not be separated from a problem. Because the age of a building can affect the decline or degradation of the quality of the material and the strength of the structure of the building itself. Therefore, to reduce these problems, it is necessary to maintain and maintain, as well as maintain and build buildings so that they can function properly. The research aims to identify damage to buildings, determine the index of building conditions and to calculate building repair costs. This research was conducted by means of a direct survey at the VIP inpatient building at Bhayangkara Polda Lampung Hospital. The Analytical Hierarchy Process AHP is used as a tool to determine the building weight index of each component, while to obtain the value of the condition of the building using Expert Choice version 11. Included in the category of light damage, and the cost needed to make repairs is Rp. 58,230, fifty eight million two hundred thirty thousand two hundred thirty four rupiah. Keywords Building, Building Condition Index, Budget Plan, Building Repair, Building Damage Level. Abstrak Sebuah bangunan tidak akan terlepas dari suatu permasalahan. Karena semakin bertambahnya usia sebuah bangunan dapat mempengaruhi penurunan atau degradasi pada kualitas material dan kekuatan struktur bangunan itu sendiri. Oleh karenanya, untuk mengurangi permasalahan tersebut maka diperlukannya pemeliharaan dan perawatan, guna menjaga keandalan bangunan gedung agar dapat berfungsi dengan layak. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan, menentukan indeks kondisi bangunan dan untuk menghitung biaya perbaikan gedung. Penelitian ini dilakukan dengan cara survei langsung pada gedung rawat inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung. Analytical Hierarchy Process AHP digunalan sebagai alat untuk mengetahui bobot indeks bangunan dari setiap komponen, sedangkan untuk memperoleh nilai indeks kondisi bangunan menggunakan Expert Choice versi 11. Berdasarkan analisa menghasilkan bahwa indeks kondisi gedung rawat inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung sebesar 99,9% termasuk kedalam kategori rusak ringan, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan adalah Rp. Kata kunci Bangunan Gedung, Indeks Kondisi Bangunan, Perbaikan Gedung, Rencana Anggaran Biaya, Tingkat Kerusakan Gedung. PENDAHULUAN Sebuah bangunan tidak terlepas dari suatu permasalahan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan ataupun operasionalnya. Salah satu permasalahan yang terjadi pada operasional bangunan yaitu umur dan keusangan bangunan. Karena semakin bertambahnya usia sebuah bangunan dapat mempengaruhi penurunan Info Artikel Diterima; 2022-03-01 Revisi; 2022-03-21 Disetujui; 2022-03-24 Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 19 atau degradasi pada kualitas material dan kekuatan struktur bangunan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penurunan kondisi yang terlihat pada kerusakan–kerusakan komponen yang terjadi pada bangunan tersebut. Sesuai dengan peraturan pemerintah no 16 tahun 2021 yang berisikan peraturan pelaksanaan UU nomor 28 tahun 2002 bahwa bangunan gedung juga harus dijaga keandalannya agar tidak membahayakan penghuni dan yang ada disekitarnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hasil nilai indeks kondisi bangunan gedung, sehingga dari data tersebut dapat diperhitungkan berapa estimasi biaya yang dibutuhkan dalam melakukan perbaikan pada gedung tersebut. Penelitian yang sudah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya belum ada yang membahas terkait dengan evaluasi kondisi fisik bangunan seperti pada penelitian Watty 2016 yang membahas terkait dengan penentuan indeks kondisi bangunan dan RAB dan Hidayat 2020 yang membahas terikait dengan penilaian kondisi aset bangunan. Sehingga perlu kiranya melakukan penelitian pada gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung, dikarenakan terdapat beberapa kerusakan yang terlihat pada gedung, kerusakan tersebut antara lain cat pada dinding yang sudah mulai pudar dan bagian lantai keramik yang pecah. Dan gedung ini juga belum pernah diteliti sebelumnya. Jika kondisi tersebut terus dibiarkan maka akan berdampak pada kerusakan berkelanjutan dan berdampak buruk terhadap keindahan. Kerusakan-kerusakan tersebut perlu diperhatikan untuk menjaga masa layan bangunan tersebut agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif, yaitu dilakukan dengan cara survey langsung pada Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan serta penyebaran kuisioner yang ditujukan kepada responden yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam penanganan pemeliharaan bangunan dan data sekunder berupa data gambar kerja bangunan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Kerusakan Bangunan Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, didapatkan hasil identifikasi kerusakan bangunan pada gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung sebagai berikut Tabel 1. Identifikasi Kerusakan Bagian belakang dan samping gedung Cat dinding bagian belakang dan samping gedung mengelupas dan pudar Cat bagian dalam gedung pudar Keramik kamar mandi pecah Ruang rawat 97 dan 98, lantai 2 Keramik ruangan rawat pecah dan retak Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 20 Ruangan rawat 92, lantai 2 Plafond ruang rawat yang perlu pengecatan pudar Gambar 1 dibawah ini merupakan beberapa contoh kerusakan yang ada pada gedung. Gambar 1. Beberapa Kerusakan pada Gedung Hasil Bobot Komponen Bangunan Komponen, sub komponen dan elemen merupakan bagian dari perhitungan bobot. Hal tersebut didapatkan dari responden yang mengisi kuesioner dengan nilai perbandingan. Arix Arifin, RR. Dewi Junita Koesoemawati & Anik Ratnaningsih, 2020. Adapun perhitungan ini memakau metode AHP dan aplikasi expert choice versi 11. Expert choice adalah satu dari sekian alat yang dipakai untuk menentukan keputusan. Apilkasi ini didasarkan pada metode Analythycal Hierarchy Process Rani Irma Handayani, 2015. Berikut merupakan hasil pembobotan dari kuisioner yang sudah dikombinasikan dengan semua narasumber dapat dilihat pada gambar 2 dan 3 berikut Gambar 2. Hasil Pembobotan Seluruh Responden Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 21 Gambar 3. Hasil Pembobotan Seluruh Responden Perhitungan Indeks Kondisi Komponen Menurut Hartono Widi, 2015 Indeks kondisi bangunan merupakan gabungan dua atau lebih nilai kondisi komponen dikali bobot komponen masing-masing. Adapun perhitungan indeks kondisi bangunan menurut Arix Arifin, RR. dewi Junita Koesoemawati & Anik Ratnaningsih 2020, menggunakan persamaan sebagai berikut a. Perhitungan Indeks Kondisi Elemen IKE Faktor koreksi dan nilai pengurang digunakan untuk menentukan indeks kondisi elemen. Besarnya presentase kerusakan menjadi nilai pengurang dan faktor koreksi diperoleh dari berapa banyak jenis kerusakan pada komponen bangunan gedung. Contoh pada cat plafond 0,0739 % terjadi kerusakan berupa warna cat pudar Sehingga diperoleh nilai pengurang sebesar 25 dan faktor koreksi sebesar 1. Di bawah ini adalah contoh IKE cat plafond pada gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung. IKE = 100 - = 100 – 25 x 1 = 75 Nilai masing-maisng Indeks Kondisi Elemen pada Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. IKE Gedung Rawat Inap VIP RS Bhayangkara Polda Lampung Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 22 b. Perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen IKSK IKSK = IKE plafond x BE plafond + IKE cat plafond x BE cat plafond = 100 x 0,833 + 75 x 0,167 = 95,825 c. Perhitungan Indeks Kondisi Komponen IKK IKK = IKSK penutup lantai x BSK penutup lantai + IKSK langit-langit x BSK langit-langit + IKSK dinding x BSK dinding + IKSK pintu x BSK pintu + IKSK jendela x BSK jendela = 116,8 x 0,112 + 95,825 x 0,237 + 100 x 0,292 + 96,575 x 0,213 + 100,1 x 0,145 = 99,9875 d. Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan IKB IKB = IKK struktur x BK struktur + IKK arsitektur x BK arsitektur = 100 x 0,558 + 99,9875 x 0,442 = 99,99 Hasil pengolahan data tersebut yaitu bangunan Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung masuk kedalam zona 1 satu yaitu baik sekali dengan uraian kondisi tidak terlihat kerusakan beberapa kekurangan mungkin terlihat dan untuk tingkat penanganan tindakan segera masih belum diperlukan. Rencana Anggaran Biaya RAB Perbaikan Perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk peralatan, upah dan bahan merupakan bagian dari rencana anggaran dan biaya Munzil Asri, 2019. Berdasarkan kerusakan yang ada pada Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung, maka dapat dihitung rencana biaya perbaikan yang diperlukan. Adapun kebutuhan RAB untuk perbaikan diantaranya dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya RAB yang diperlukan Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 23 Pemasangan keramik kamar mandi 20 x 20 cm Pemasangan keramik 40 x 40 cm Pengecatan ulang dinding luar Pengecatan ulang dinding dalam KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisa dan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan 1. Berdasarkan data kondisi fisik gedung yang di dapat, kerusakan tersebut masuk kedalam tingkat kerusakan ringan. 2. Hasil nilai indeks kondisi Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung didapat nilai sebesar 99,9. Hasil tersebut masuk kedalam zona 1 satu dengan nilai baik sekali dan uraian kondisi tidak terlihat kerusakan, ada beberapa kekurangan terlihat dan untuk tingkat penanganan tindakan segera masih belum diperlukan. 3. Estimasi RAB yang diperlukan untuk perbaikan pada gedung rawat inap VIP Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung adalah sebesar Rp. 58,230,234. Saran Agar penelitian penilaian dan evaluasi kondisi fisik bangunan ini menjadi lebih baik, maka disarankan untuk 1. Perlu dilakukan penelitian pada seluruh gedung Rumah Sakit Bhayangkara, untuk menentukan prioritas pemeliharaan 2. Penelitian ini masih belum sempurna untuk digunakan sebagai pertimbangan pemeliharaan dan perawatan gedung rawat inap VIP RS Bhayangkara Polda Lampung. Agar dapat digunakan perlu dilakukan penelitian dengan identifikasi terhadap kerusakan struktur bawah serta utilitas sehingga penelitian lebih kompleks. DAFTAR PUSTAKA Bellian Arix Arifin, RR. Dewi Junita Koesoemawati, A. R. 2020. Penilaian Kondisi Manajemen Aset Bangunan Gedung Menggunakan Metode Indeks Pada Komponen Arsitektural. 4September, 130–140. Handayani, R. I., Studi, P., & Informatika, M. 2015. Pemanfaatan Aplikasi Expert Choice Sebagai Alat Bantu Dalam Pengambilan Keputusan Studi Kasus Pt . Bit Teknologi Nusantara . Hartono widi, Mufti A Muchacha, S. 2015 Aplikasi Metode Ahp Untuk Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Puskesmas Pembantu Pustu Berbasis Gis Di Kabupaten Sukoharjo’, Matriks teknik sipil, 2339870423. Mudzakir Wahyu Hidayat, D. J. K. & A. T. 2020. Evaluasi dan Penilaian Indeks Kondisi Aset Bangunan Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. 4, 122–131. Munzil Asri, J. S. & S. 2019. Tinjauan Rencana Anggaran Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pada Proyek Peningkatan Jalan Matang Ben - Pulo Blang Program Studi Arsitektur Universitas Pandanaran kolaborasi_jurnal 24 Kabupaten Aceh Utara. September. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. In Peraturan Pemerintah. Revias, A. F. Z. 2015. Penentuan Prioritas Perawatan Bangunan Gedung Museum Situs Taman Purbakala Sriwijaya Kota Palembang. 122, 68–74. Susan Mega Watty, R. pratiwi & S. 2016. Studi Penelitian Indeks Kondisi Bangunan Dan Biaya Renovasi Bangunan Lama Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. 1–10. Wisnu Eka Nanda, A. R. & D. N. 2020. Evaluasi Tingkat Kerusakan Dan Estimasi Biaya Perbaikan Bangunan Guna Sustainability Gedung Di Universitas Jember Studi Kasus Gedung 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP . 52–58. Munzil Asri, J. S. & S. 2019. Tinjauan Rencana Anggaran Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pada Proyek Peningkatan Jalan Matang Ben - Pulo Blang Kabupaten Aceh Utara. September. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan GedungPeraturan Pemerintah Republik IndonesiaPeraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. In Peraturan Prioritas Perawatan Bangunan Gedung Museum Situs Taman Purbakala Sriwijaya Kota PalembangA F Z ReviasRevias, A. F. Z. 2015. Penentuan Prioritas Perawatan Bangunan Gedung Museum Situs Taman Purbakala Sriwijaya Kota Palembang. 122, 68-74. SeptianiS. Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Balita Terkena Diare Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah sakit X Tahun 2014, Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015. 6. Trisnowati, K.E., Irawati S., Setiawan E. Kajian Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diare Akut Di Bangsal Rawat Inap Anak, Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 2017; e-ISSN:2443 Tentang RS Bhayangkara Makassar berdiri pada tahun 1965 yang terletak di wilayah Makassar. RS Bhayangkara Makassar berdiri dibawah naungan Polisi Republik Indonesia. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar terdapat layanan Poliklinik Saraf, Paru, Kandungan & Kebidanan, Kulit & Kelamin, Kejiwaan, Jantung & Pembuluh Darah, Anestesi, THT, Umum, Bedah, Penyakit Dalam dan BersalinUnit Gawat Darurat UGDInstalasi LaboratoriumFarmasiInstalasi Rawat InapDokter dr. Abadi Aman, Sp. Kandungan & Kebidanan 20 tahun dr. Fajar Amansyah, FINASIM Sp. Penyakit Dalam 15 tahun dr. Widyana Mulyamin, Sp. THT 15 tahun Lihat Semua Spesialisasi

SEMARANG- RS Bhayangkara Polda Jateng Semarang bakal memiliki sejumlah ruangan baru untuk mendukung layanan kesehatan. Ruangan itu terdiri dari ruang rawat jalan, rawat inap dan rehab medik. Ruangan baru ini berada di ex area parkir belakang Rumah sakit. Untuk mewujudkan ruangan baru ini, Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi meletakkan batu pertama pembangunan, pada

Tentang Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak mulai beroperasi pada tahun 2002 dibawah naungan Polisi Republik Indonesia. Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak memiliki Visi terwujudnya pelayanan kedokteran kepolisianyang prima sehingga menjadi Rumah Sakit kebanggaan masyarakat POLRI di Kalimantan Barat. Dengan Misi memberikan pelayanan kesehatan dengan tanggap, handal dan objektif kepada pasien dinas dan masyarakat sekitar, meningkatkan SDM bermoral dan Rawat InapInstalasi Rawat JalanInstalasi Gawat Darurat IGDDokter RSBhayangkara Polda: Mulai dari Rp110.000: Biaya cek darah lengkap di Bontang. Rumah Sakit: Kota: Biaya: Rumah Sakit Islam: Bontang: Mulai dari Rp77.000: Rumah Sakit LNG Badak: Artinya, misal pada tahun sebelumnya biaya kesehatan rawat inap di rumah sakit berkisar Rp500 ribuan per hari, maka nominalnya akan naik menjadi Rp555 ribu di tahun

ArticlePDF Available AbstractTujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penentuan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan perhitungan Activity Based Costing ABC di bandingkan dengan tarif yang berlaku saat yang digunakan pada Rumah Sakit Bhayangkara dianggap kurang mampu menyediakan informasi biaya yang akurat sehingga dapat memengaruhi profibilitas rumah sakit, dengan menggunakan metode Activity Based Costing ABC pihak rumah sakit dapat menelusuri aktivitas yang terjadi dalam memberikan pelayanan jasa rawat inap, sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang wajar. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu metode yang menunjukkan dan membandingkan penentuan tarif jasa rawat inap sebelum dan sesudah menggunakan Activity Based Costing ABC. Hasil penelitian menggunakan sistem Activity Based Costing ABC, harga Kelas VVIP dan Kelas III memperoleh harga yang lebih besar di bandingkan harga yang berlaku saat ini. Berbeda dengan harga Kelas lainnya yang memperoleh harga jauh lebih kecil dibandingkan harga yang berlaku saat ini. Pihak rumah sakit dapat menggunakan metode Activity Based Costing ABC hanya untuk mengetahui perbandingan harga jasa rawat inap yang ditentukan pemerintah. Sehingga dapat diketahui berapa besar subsidi yang diberikan pemerintah untuk tiap kelasnya. The purpose of this study is to determine the determination of the tariff for inpatient services using the calculation of Activity Based Costing ABC compared to the current rate. The system used at Bhayangkara Hospital is considered incapable of providing accurate cost information so that it can affect the profitability of the hospital, by using the Activity Based Costing ABC method the hospital can track the activities that occur in providing inpatient services, so that the number of inpatient services can be known. reasonable cost. The analytical method used is descriptive comparative method, which is a method that shows and compares the determination of inpatient service rates before and after using Activity Based Costing ABC. The results of the study using the Activity Based Costing ABC system, the prices for Class VVIP and Class III get a higher price than the current price. In contrast to other Class prices, the prices are much lower than the current prices. The hospital can use the Activity Based Costing ABC method only to find out the comparison of prices for inpatient services determined by the government. So that it can be seen how much the government subsidizes for each class Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 246 NMaR Nobel Management Review PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING ABC PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Anita Achmad Payu Institut Teknologi Dan Bisnis Nobel Indonesia Email anita Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penentuan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan perhitungan Activity Based Costing ABC di bandingkan dengan tarif yang berlaku saat yang digunakan pada Rumah Sakit Bhayangkara dianggap kurang mampu menyediakan informasi biaya yang akurat sehingga dapat memengaruhi profibilitas rumah sakit, dengan menggunakan metode Activity Based Costing ABC pihak rumah sakit dapat menelusuri aktivitas yang terjadi dalam memberikan pelayanan jasa rawat inap, sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang wajar. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu metode yang menunjukkan dan membandingkan penentuan tarif jasa rawat inap sebelum dan sesudah menggunakan Activity Based Costing ABC. Hasil penelitian menggunakan sistem Activity Based Costing ABC, harga Kelas VVIP dan Kelas III memperoleh harga yang lebih besar di bandingkan harga yang berlaku saat ini. Berbeda dengan harga Kelas lainnya yang memperoleh harga jauh lebih kecil dibandingkan harga yang berlaku saat ini. Pihak rumah sakit dapat menggunakan metode Activity Based Costing ABC hanya untuk mengetahui perbandingan harga jasa rawat inap yang ditentukan pemerintah. Sehingga dapat diketahui berapa besar subsidi yang diberikan pemerintah untuk tiap kelasnya. Kata Kunci activity based costing, rumah sakit Abstract The purpose of this study is to determine the determination of the tariff for inpatient services using the calculation of Activity Based Costing ABC compared to the current rate. The system used at Bhayangkara Hospital is considered incapable of providing accurate cost information so that it can affect the profitability of the hospital, by using the Activity Based Costing ABC method the hospital can track the activities that occur in providing inpatient services, so that the number of inpatient services can be known. reasonable cost. The analytical method used is descriptive comparative method, which is a method that shows and compares the determination of inpatient service rates before and after using Activity Based Costing ABC. The results of the study using the Activity Based Costing ABC system, the prices for Class VVIP and Class III get a higher price than the current price. In contrast to other Class prices, the prices are much lower than the current prices. The hospital can use the Activity Based Costing ABC method only to find out the comparison of prices for inpatient services determined by the government. So that it can be seen how much the government subsidizes for each class. Keywords activity based costing, hospital PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan ketatnya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis di bidang manufaktur atau industri tetapi juga di bidang usaha perdagangan dan pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyak didirikannya rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 247 NMaR Nobel Management Review Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi yang berorientasi nonprofit. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan, dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dan pendapatan jasa dan fasilitas yang di berikan, salah satu contohnya adalah jasa rawat inap, dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus di bayarkan oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profibilitas suatu rumah sakit. Untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap fixed. Pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjam Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dari rumah sakit yang tidak komersial. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan pada awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi biaya. Sistem akuntansi ini disebut Activity Based Costing ABC. Dalam metode ABC, timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya. Rumah Sakit Bhayangkara adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Untuk pelayanan rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara memiliki 255 kamar dan mempunyai 5 tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang ada, yaitu kelas III, kelas II, kelas I, kelas VIP, kelas VVIP. Rumah Sakit Bhayangkara menetapkan tarif rawat inapnya ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 161/ Tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebaliknya jika perhitungan tarif rawat inap dihitung sendiri menggunakan metode ABC, maka informasi biaya yang di peroleh lebih akurat. Karena metode ini tidak mendistorsi biaya-biaya dan menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya karena mengidentifikasi setiap aktivitas, sehingga hal ini membantu pihak rumah sakit dalam pengendalian biaya dan mempermudah dalam pengambilan keputusan. Rumah Sakit Bhayangkara menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RS Bhayangkara merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut, akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara di tentukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 161/ sehingga tarif jasa rawat inap yang ditentukan bisa menjadi lebih murah undercosting atau lebih mahal overcosting dari beban biaya yang seharusnya Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 248 NMaR Nobel Management Review dikonsumsi pada jasa rawat inap tersebut. Tarif rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara pada tahun 2015 dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Tarif Jasa Rawat Inap RS Bhayangkara Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 Perhitungan biaya rawat inap sangat penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap, yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap, dengan demikian akan menghasilkan surplus atau defisit dalam persen yang besarnya sama untuk setiap tempat tidur dari setiap kelas sehingga pihak rumah sakit tidak mengetahui laba atau rugi yang sebenarnya. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengambil judul “Penerapan Activity Based Costing ABC Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara. Sistem ABC mengasumsikan bahwa sumber daya pendudukung dan tidak langsung mempunyai kemampuan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas, bukan hanya sebagai pengumpul biaya yang nantinya harus dialokasikan ke produk seperti yang dilakukan sistem tradisional. Aktivitas pemicu biaya cost driver yang terjadi sepanjang proses produksi seringkali tidak selalu berkaitan dengan volume produksi, tetapi juga berhubungan dengan aktivitas lain yang berkaitan dengan batch batch related activities, jumlah produksi product sustaining activities maupun penggunaan bersama fasilitas perusahaan oleh semua produk yang dihasilkan. Activity Based Costing Sebagai Dasar Pembebanan Biaya Menurut Hidayat, 2011 prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan A. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas. 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu unit level activity costing, batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing. 3. Mengidentifikasikan cost driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif per unit cost driver. 4. Menentukan tarif per unit cost driver Biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 249 NMaR Nobel Management Review Tarif per unit cost driver = Total biaya aktivitas ÷ Total cost driver B. Tahap Kedua Biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk. Jadi biaya rawat inap harga pokok dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh tarif per unit cost driver. Cost rawat inap dapat dihitung dengan rumus Cost rawat inap = ∑ tarif per unit cost driver Tarif jasa rawat inap per kamar dapat dihitung dengan mengetahui jumlah biaya rawat inap harga pokok terlebih dahulu. Perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC, dapat dihitung dengan Rumus Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Metode Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa Rahayu, 2012 Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada perusahaan jasa adalah 1. Identifying and Costing Activities Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien 2. Spesial Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. 3. Output Diversity Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah tinjauan pustaka atau literature review yang berisi teoriteori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada bagian ini, tinjauan konsep dan teori yang digunakan dibuat berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel yang diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah. Tinjauan Pustaka digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori yang mendasari studi penelitian. Sujarweni, 2015 Tinjauan pustaka atau literature review merupakan kegiatan yang diperlukan dalam penelitian, khususnya penelitian penelitian akademik dengan tujuan utama mengembangkan aspek teoritis serta aspek keuntungan praktis. Dengan demikian, dengan menggunakan metode penelitian ini, penulis dapat dengan mudah memecahkan masalah penelitian.Sukardi, 2021. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Pendukung Activity Based Costing ABC Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 250 NMaR Nobel Management Review Fokus dari penelitian ini adalah pada pelayanan rawat inap yang merupakan pelayanan kepada pasien untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik, dan pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tidur. Dalam menentukan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing, data-data yang dibutuhkan antara lain adalah data biaya rawat inap, data pendukung jumlah pasien rawat inap, data pendukung lama hari pasien rawat inap, dan data pendukung luas ruangan rawat inap. Adapun data pendukung Activity Based Costing untuk tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2,3 dan 4 Tabel 2 Luas Kamar Rawat Inap RS Bhayangkara Tahun 2015 Sumber RS Bhyangkara, tahun 2015 data olahan Tabel 3 Jumlah Hari Rawat Inap Pasien RS Bhayangkara Tahun 2015 Sumber Data rekam medik RS Bhayangkara, Tahun 2015 Tabel 4 Jumlah Pasien Rawat Inap RS Bhayangkara Tahun 2015 Sumber Data rekam medik RS Bhayangkara, Tahun 2015 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Besar tarif yang ditentukan RS bhayangkara dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut Tabel 5 Tarif Jasa Rawat Inap RS Bhayangkara Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 Penentuan Harga Pokok Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara menggunakan Activity Based Costing A. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas dan Pusat Aktivitas Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 251 NMaR Nobel Management Review Aktivitas-aktivitas biaya yang ada di unit rawat inap Rumah sakit Bhayangkara di identifikasikan sebagai berikut 1. Biaya paramedis Biaya pelayanan perawatan pasien atau biaya paramedis dalam hubungannya dengan penetapan tarif jasa rawat inap seacara langsung turut mempengaruhi aktivitas bagian rawat inap. Aktivitas biaya pelayanan perawatan pasien meliputi biaya paramedis seperti biaya perawat, dokter, dan bidan, jumlah biaya perawatan yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 2. Biaya administrasi dan umum Biaya administrasi termasuk dalam kategori batch related activity cost. Biaya administrasi tiap pasien rawat inap RS Bhayangkara adalah sebesar Rp. total biaya administrasi jasa rawat inap RS Bhayangkara sebesar Rp. 3. Biaya kebersihan/Cleaning Service Biaya kebersihan termasuk dalam kategori batch related activity cost karena aktivitas kebersihan dilakukan tanpa memperhitungkan jumlah unit yang ada pada batch tersebut. Jumlah pembebanan biaya kebersihan sebesar Rp. 4. Biaya Pemberian Makan pasien Makanan dan minuman merupakan bagian dari aktivitas pelayanan pasien yang pasti terdapat pada semua rumah sakit, pasien yang menjalani rawat inap wajib membutuhkan asupan makanan dan minuman yang bergizi untuk mempercepat penyembuhan pasien. Tarif konsumsi pasien RS Bhayangkara akan dijelaskan pada tabel 6. Adapun jumlah biya konsumsi pasien sebesar 305. 553. 043. Tabel 6 Tarif Konsumsi Pasien Rawat Inap RS Bhayangkara Tahun 2015 Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 5. Biaya depresiasi gedung Biaya penyusutan gedung digolongkan pada kategori facility sustaining activity cost. Jumlah biaya penyusutan gedung sebesar Rp. 6. Biaya depresiasi fasilitas Biaya penyusutan fasilitas digolongkan pada kategori facility sustaining activity cost. Jumlah biaya penyusutan fasilitas rawat inap sebesar Rp. Tarif penyusutan fasilitas rawat inap masing-masing ruang kelas rawat inap RS Bhayangkara akan dijelaskan pada tabel 7. Tabel tarif penyusutan Fasilitas Rawat Inap RS Bhayangkara Tahun 2015 Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 252 NMaR Nobel Management Review Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan B. Mengklasifikasikan Aktivitas Biaya Ke Dalam Berbagai Aktivitas Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Klasifikasi Biaya Kedalam Berbagai Aktivitas Batch Related Activity Cost Facility-Sustaining Activity Cost Biaya penyusutan fasilitas sumber RS Bhayangkara, tahun 2015 data olahan C. Mengidentifikasi Cost Driver Pengelompokan biaya rawat inap dan cost driver rawat inap akan dijelaskan pada tabel 9. Tabel 9 Pengelompokan Biaya dan Cost Driver Batch Related Activity Cost Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 253 NMaR Nobel Management Review Facility sustaining activity cost a. Biaya depresiasi gedung Depresiasi Fasilitas Sumber RS Bhyangkara, Tahun 2015 data olahan D. Menentukan Tarif Per Unit Cost Langkah selanjutnya setelah mengidentifikasi cost driver yaitu menentukan tarif per unit cost driver. Penentuan tarif per unit cost driver rawat inap dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Rawat Inap Batch Related Activity Cost Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 254 NMaR Nobel Management Review Facility sustaining activity cost a. Biaya depresiasi gedung Depresiasi Fasilitas Sumber RS Bhyangkara, Tahun 2015 data olahan E. Menghitung Total Cost Rawat Inap dan Tarif Rawat Inap dengan Menggunakan Tarif Cost Driver Biaya aktivitas dibebankan keproduk berdasarkan konsumsi masing-masing produk. Jadi biaya rawat inap harga pokok rawat inap dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh tarif per unit cost driver. Cost rawat inap dapat di hitung dengan rumus Cost rawat inap = ∑tarif per unit 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑒𝑟 Tarif jasa rawat inap per kamar dapat di hitung dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah biaya rawat inap harga pokok. Perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus Tarif per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk tarif rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk ditambah laba yang diharapkan. Pada tabel 11 sampai tabel 15 akan disajikan perhitungan tarif jasa rawat inap pasien menggunakan metode perhitungan Activity Based Costing ABC. Tabel 11 Perhitungan Tarif Jasa Kamar Rawat Inap Kelas VVIP 5. Biaya depresiasi gedung 6. Biaya depresiasi fasilitas Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 255 NMaR Nobel Management Review TOTAL BIAYA UTAMA UNTUK KELAS BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR LABA YANG DI HARAPKAN 30 % Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa harga biaya rawat inap yang dihasilkan dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp. Tabel 12 Perhitungan Tarif Jasa Kamar Rawat Inap Kelas VIP 5. Biaya depresiasi gedung 6. Biaya depresiasi fasilitas TOTAL BIAYA UTAMA UNTUK KELAS BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR LABA YANG DI HARAPKAN 25 % Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa harga biaya rawat inap yang dihasilkan dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp. Tabel 13 Perhitungan Tarif Jasa Kamar Rawat Inap Kelas I 5. Biaya depresiasi gedung 6. Biaya depresiasi fasilitas TOTAL BIAYA UTAMA UNTUK KELAS BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR LABA YANG DI HARAPKAN 20% Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 256 NMaR Nobel Management Review Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa harga biaya rawat inap yang dihasilkan dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp. Tabel Perhitungan Tarif Jasa Kamar Rawat Inap Kelas II 5. Biaya depresiasi gedung 6. Biaya depresiasi fasilitas TOTAL BIAYA UTAMA UNTUK KELAS BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR LABA YANG DI HARAPKAN 15 % Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa harga biaya rawat inap yang dihasilkan dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp. Tabel Perhitungan Tarif Jasa Kamar Rawat Inap Kelas III 5. Biaya depresiasi gedung 6. Biaya depresiasi fasilitas TOTAL BIAYA UTAMA UNTUK KELAS BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR LABA YANG DI HARAPKAN 10 % Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa harga biaya rawat inap yang dihasilkan dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp. F. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RS Bhayangkara dengan Menggunakan Perhitungan Metode ABC Dalam pembahasan ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang perbandingan tarif jasa rawat inap yang diterapkan RS Bhayangkara dengan perhitungan yang menggunakan metode ABC. Pada tabel 16 disajikan tarif perbandingan rawat inap RS Bhayangkara berdasarkan penetapan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 161/ dengan menggunakan perhitungan metode Activity Based Costing ABC. Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 257 NMaR Nobel Management Review Tabel 16 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RS Bhayangkara dengan Tarif Perhitungan Metode ABC Tahun 2015 Tarif Berdasarkan MenKeu No 161/ Sumber RS Bhayangkara, Tahun 2015 data olahan Tabel 16 menunjukkan hasil perhitungan harga jual jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing untuk kelas VVIP Rp. kelas VIP Rp. kelas I Rp. kelas II Rp. dan kelas III Rp. harga Kelas VVIP dan Kelas III memperoleh harga yang lebih besar dari yang di tetapkan oleh pemerintah. Berbeda dengan harga kamar kelas VIP, I dan II Yang memperoleh harga yang lebih kecil dari yang ditetapkan oleh pemerintah. Harga yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan No 161/ adalah Kelas VVIP Rp. Kelas VIP Rp. Kelas I Rp. Kelas II Rp. dan Kelas III Rp. Sedangkan selisih yang diperoleh untuk Kelas VVIP adalah lebih mahal yaitu Rp. atau sekitar 87%, Kelas VIP lebih murah yaitu Rp. atau sekitar 36%, Kelas I lebih murah Rp. atau sekitar 22%, Kelas II lebih murah Rp. atau sekitar 3% dan untuk Kelas III lebih mahal yaitu Rp. sekitar 20%. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode sebelum menggunakan ABC dan setelah menggunakan metode ABC disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan hanya pada satu cost driver saja. PEMBAHASAN Rumah Sakit Bhayangkara dalam menerapkan tarif rawat inapnya tanpa menggunakan perhitungan harga pokok. RS Bhayangkara hanya melakukan perbandingan dengan beberapa tarif rawat rawat inap dengan rumah sakit lainnya yang berada di kota Makassar dan juga mempertimbangkan daya beli masyarakat sekitar. Seharusnya sebelum menentukan harga jual harus dilakukan perhitungan harga pokok terlebih dahulu. Hasil perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien yang sesungguhnya dapat diketahui dengan menggunakan Activity Based Costing karena dalam perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dilakukan dengan cara penelusuran ke aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap. Perbedaan pengkonsumsian aktivitas terlihat pada ruang Kelas III yang dalam satu kamar terdiri dari 12 buah tempat tidur pasien dan hanya menggunakan kipas angin sehingga menjadikan suasana ruangan terasa panas dan terlalu ramai karena banyaknya jumlah pengunjung yang keluar masuk pada jam besuk. Hal ini menjadikan ruang Kelas III lebih cepat kotor dan kurang mendapatkan perhatian lebih. Aktivitas perawatan pasien pada kelas III juga kurang intensif di bandingkan pada kelas VVIP, dokter kunjungan pada pasien akan lebih singkat dan kurang intensif karena banyaknya pasien yang terdapat pada Kelas III akan tetapi pasien akan tetap mendapatkan perawatan yang wajar pada Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 258 NMaR Nobel Management Review umumnya. Berbeda dengan kelas VVIP dan VIP, untuk Kelas VVIP dalam satu kamar hanya tersedia satu tempat tidur pasien, dan untuk Kelas VIP dalam satu kamar terdiri dari 2 buah tempat pasien, dan memiliki fasilitas yang sama untuk kelas VVIP dan VIP seperti, sofa, kulkas, AC, dan TV, sehingga ruangan akan terasa nyaman dan sejuk, kebersihannya juga lebih diperhatikan. Kelas VVIP dan VIP ini menjadi pilihan bagi para pasien yang lebih mengutamakan pada kenyamanan dalam menjalani perawatan dirumah sakit, sedangkan kelas III menjadi pilihan bagi keluarga yang kurang mampu. Perbedaan penyediaan fasilitas tersebut disesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh para pasien untuk menginap dan memperoleh perawatan, sehingga pihak rumah sakit berusaha tidak mengecewakan para konsumen yang telah memilih kelas rawat inap dengan tarif yang telah ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Bhayangkara seperti kelas VVIP dengan tarif termahal diantara kelasnya. Rumah sakit memberikan aktivitas jasa pelayanan kesehatan untuk pasien pada semua ruang kelas umumnya adalah sama. Pihak manajemen rumah sakit menempatkan dokter umum maupun dokter spesialis tanpa membedakan kelas, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasien sehingga pasien dapat memilih dokter yang diinginkan untuk mendiagnosis penyakitnya. Sebenarnya aktivitas pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien pada Rumah Sakit Bhayangkara adalah sama tanpa memandang keadaan pasien dari kelas mana mereka berasal, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan dalam penanganan dokter terhadap pasien, misalnya pada pasien Kelas III dokter kunjung umumnya akan lebih singkat dari pada dokter kunjung pada kelas VVIP. Aktivitas paramedis yang diberikan oleh perawat kepada semua pasien juga sama. Namun, jika pada Rumah Sakit Bhayangkara terdapat perawat yang praktik mereka ditempatkan pada kelas II dan kelas III dan tidak di tempatkan pada kelas-kelas utama karena pasien sudah membayar mahal sehingga pihak manajemen rumah sakit menempatkan perawat yang berpengalaman lebih lama pada kelas-kelas utama tersebut demi kenyamanan dan kepuasan pasien. Sedangkan perawat yang baru lulus pendidikan masih kurang berpengalaman juga akan ditempatkan pada Kelas II dan Kelas III. Aktivitas konsumsi pasien tiap kelas sama-sama menggunakan asupan gizi yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan yaitu 2100 kkal per hari yang terdiri atas makanan pokok, lauk nabati, lauk hewani, sayur, buah, dan minum. Namun jenisnya dibedakan sesuai dengan tarif makan perkelasnya. Makanan yang diberikan pada kelas VVIP, VIP dan Kelas I mengandung serat dan gizi lebih tinggi, variannya lebih banyak, serta pemberian suplemennya juga lebih baik di banding dengan Kelas II dan Kelas III selain itu, peralatan yang digunakan dalam menyajikan hidangan pada kelas utama lebih bagus dengan penataan yang lebih menarik, sedangkan alat penyajian pada kelas II dan III kurang begitu diperhatikan penampilannya yaitu menggunakan piring plato, sehingga lebih praktis dalam mengerjakannya baik dari penataan menu maupun pencuciannya. Pembebanan biaya penyusutan fasilitas rawat inap pada masing-masing kelas terdapat perbedaan yang cukup jauh, karena pembebanan penyusutan fasilitas didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada masing-masing ruang kelas. Pada ruang kelas VVIP dan VIP memiliki fasilitas yang sama seperti, AC, Bed, TV, kulkas, lemari, dispenser dan sofa. Penerapan activity based costing menghasilkan tarif yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan tarif rawat inap pada tiap-tiap kelas yang ditentukan rumah Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 259 NMaR Nobel Management Review sakit. Tarif rawat inap pada kelas VVIP terdapat selisih Rp Kelas VIP Rp. pada kelas I terdapat selisih Rp pada kelas II terdapat selisih Rp dan pada kelas III terdapat selisih Rp Selisih yang terpaut sangat jauh terdapat pada kelas VVIP dan kelas VIP yaitu diatas 35%. Perhitungan dengan sistem Activity Based Costing menghasilkan harga Kelas VVIP dan Kelas I memperoleh harga yang lebih besar dari harga yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Berbeda dengan harga kamar Kelas VIP, Kelas I, dan Kelas II, yang memperoleh harga yang lebih kecil dari yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Terjadinya selisih biaya rawat inap yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit disebabkan karena pihak rumah sakit menentukan dasar penetapan tarif berdasarkan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 161/ Tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum RUMKIT Bhayangkara Makassar. Pihak Rumah Sakit tidak menggunakan metode Activity Based Costing untuk penetapan biaya rawat inap, Activity Based Costing hanya digunakan untuk menghitung pembiayaan yang terjadi di rumah sakit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Horman 2012 dalam penelitiannya mengenai Penerapan Activity Based Costing ABC Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Daya Di Makassar menunjukkan hasil perhitungan jasa rawat inap dengan menggunakan Activity Based Costing ABC jika di bandingkan dengan metode tradisional, terlihat bahwa untuk Kelas I memberikan hasil yang lebih kecil, sedangkan Kelas VIP, Kelas II dan Kelass III memberikan hasil yang lebih besar. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, di sebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk di bebankan hanya pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. KESIMPULAN Penentuan tarif rawat inap berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode activity based costing dilakukan dengan menggunakan cost driver, yang dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya di telusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Rumah Sakit Bhayangkara tidak perlu menerapkan sistem Activity Based Costing untuk menentukan harga jasa rawat inap. Perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing tidak tepat diterapkan dirumah sakit pemerintah karena hasil perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan Activity Based Costing menunjukkan harga jual rawat inap untuk kelas VVIP dan Kelas I memiliki harga yang lebih tinggi dari yang di tetapkan pemerintah sedangkan untuk Kelas VIP, Kelas I, dan kelas II memiliki harga yang lebih kecil, tentunya jika perhitungan metode Activity Based Costing di terapkan di Rumah Sakit Bhayangkara akan mempengaruhi profibilitas Rumah Sakit Tersebut, selain itu juga harga jual yang diterapkan pemerintah diputuskan berdasarkan perhitungan unit cost yang dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat. Volume 3 Nomor 2 Juni 2022 E-ISSN 2723-4983 260 NMaR Nobel Management Review DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Firdaus Dunia. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Akbar, Muhammad. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makassar. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Carter William K. 2012. Akuntansi Biaya. Buku 1. Penerjemah Krista. Salemba Empat. Jakarta Hansen Don R. At. All. 2012. Akuntansi Manajerial. Buku 1. Penerjemah Deny Arnos Kwary. Salemba Empat. Jakarta. Hidayat, Nov Eka. 2011. Activity Baesed Costing System Sebagai Alternatif Sistem Penentuan Harga Pokok Tarif Jasa Rawat Inap Rumah sakit study kasus rumah sakit umum aisyiyah kudus. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Horman, Gabryela Pelo. 2012. Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Di Makassar. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. Makassar Isnan, Muhammad. 2011. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif sistem penentuan Harga Pokok Mebel Pada Perajin Mebel Desa Kondongsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nurul, Agustina Pawijayataningrum. Dkk. 2014. Penerapan Activity Based Costing ABC System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Study pada PT. Indonesia Pet Bottle Pandaan Pasuruan. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang. Noreen, Garrison Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Salemba empat. Jakarta. Rahayu, Sri. Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar, “ jurnal Audit Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 1, No. 1, Desember 2012 Hal. 67-90. Rahmawati, 2010. Penerapan Activity Based Costing ABC Sebagai Alternatif Dalam Menghitung Biaya Produksi Pada CV. Avia Meubel Di Kupang. Fakultas Ekonomi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar. Makassar. Samryn, LM., 2012. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi. Edisi pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta . ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Baesed Costing System Sebagai Alternatif Sistem Penentuan Harga Pokok Tarif Jasa Rawat Inap Rumah sakit study kasus rumah sakit umum aisyiyah kudus. Fakultas EkonomiHidayatHidayat, Nov Eka. 2011. Activity Baesed Costing System Sebagai Alternatif Sistem Penentuan Harga Pokok Tarif Jasa Rawat Inap Rumah sakit study kasus rumah sakit umum aisyiyah kudus. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Activity Based Costing Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Di MakassarGabryela HormanPeloHorman, Gabryela Pelo. 2012. Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Di Makassar. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. MakassarPenerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif sistem penentuan Harga Pokok Mebel Pada Perajin Mebel Desa Kondongsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanMuhammad IsnanIsnan, Muhammad. 2011. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif sistem penentuan Harga Pokok Mebel Pada Perajin Mebel Desa Kondongsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Activity Based Costing ABC System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Study pada PTAgustina Pawijayataningrum NurulDkkNurul, Agustina Pawijayataningrum. Dkk. 2014. Penerapan Activity Based Costing ABC System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Study pada Manajerial. Edisi 14. Salemba empatGarrison NoreenBrewerNoreen, Garrison Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Salemba empat. Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Bhayangkara Polda KalbarSri RahayuRahayu, Sri. Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar, " jurnal Audit Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 1, No. 1, Desember 2012 Hal. Manajemen Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi. Edisi pertama. Kencana Prenada Media GroupL M SamrynSamryn, LM., 2012. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi. Edisi pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

7qjOBM.
  • 21cep97xfm.pages.dev/571
  • 21cep97xfm.pages.dev/92
  • 21cep97xfm.pages.dev/99
  • 21cep97xfm.pages.dev/138
  • 21cep97xfm.pages.dev/64
  • 21cep97xfm.pages.dev/68
  • 21cep97xfm.pages.dev/234
  • 21cep97xfm.pages.dev/32
  • biaya rawat inap rs bhayangkara